Oleh A. Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Umat manusia saat ini, disebut-sebut telah memasuki sebuah era baru yang ditandai dengan adanya lompatan kemajuan teknologi pengetahuan yang luar biasa. Hal ini dapat dilihat dari sedemikian pentingnya pemanfaatan teknologi pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Maka, tidaklah mengherankan jika masa ini seringkali disebut pula dengan era masyarakat informasi (Webster, 2006). Informasi memegang peranan penting dalam mendukung berbagai aktivitas setiap orang, karena informasi sudah menjadi kebutuhan utama setiap individu, terutama dalam bidang pendidikan dan penelitian (Rufaidah, 2013). Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bias menghitung banyaknya informasi yang pernah dilahirkan karena jumlah informasi yang terus berkembang tak terbatas seiring dengan semakin banyaknya jumlah manusia yang dilahirkan dan semakin banyaknya gagasan manusia yang melahirkan informasi (Yusuf, 2017).
Literasi informasi adalah ”sebuah keahlian dalam mengakses dan mengevaluasi informasi secara efektif untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan. Seseorang yang memiliki keahlian ini tahu bagaimana belajar untuk belajar karena mereka tahu bagaimana mengelola informasi, mengevaluasi, memilah-milah dan menggunakannya sesuai dengan etika yang berlaku”(Verzosa,2009). Ginting (2020), menyebutnya ”Literasi Informasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang di dalam mengenali kapankah suatu informasi diperlukan dan kemampuan untuk menemukan serta mengevaluasi, kemudian menggunakannya secara efektif dan mampu mengkomunikasikan informasi dalam berbagai format yang jelas dan mudah dipahami”.
Penguasaan informasi menjadi salah satu penguatan utama dalam membangun dan
mengembangkan kapasitas masyarakat. Hal ini karena denan adanya pengembangan berbagai
potensi masyarakat membutuhkan kerangka kerja dan koridor program yang jelas yang hanya
bisa dibangun dengan mengembangkan berbagai kapasitas pendidikan yang mengedepankan
aksesibilitas terhadap informasi, baik dalam hal identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, Literasi informasi merupakan salah satu program utama dalam membangun dan mengembangkan berbagai konsep yang berasal dari berbagai informasi yang berkaitan dengan proses pencarian, pengelolaan dan pemanfaatan informasi.
Sebelum lebih jauh mengupas Litersari secara lebih spesifik. Untuk dapat memahami konteks literasi informasi, maka diperlukan adanya pemahaman tentang literasi informasi itu sendiri. Pendapat dari Markauskaite (2006) menyebutkan bahwa istilah literasi informasi cukup bervariasi antara lain sebagai berikut:
Pertama: ICT Literacy adalah penggunaan ICT untuk mengakses, mengelola, mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan informasi. Penerapan ICT (Information and Communications Technology) di bidang pertanian dapat meningkatkan layanan informasi bagi para petani dengan menyediakan informasi yang relevan dan tepat waktu.
Kedua: Digital Literacy, atau literasi digital merupakan bagian dari media literacy. Digital literacy bukan hanya sekedar kemampuan membaca informasi di media digital, tetapi juga kemampuan untuk mencari, mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang didapatkan. Jadi, seseorang dikatakan memiliki kemampuan digital literacy yang baik apabila dia bisa cakap membaca dan mengolah informasi dari beragam media di internet, smartphone, dan sumber digital lainnya.
Ketiga: ICT Fluency, Kefasihan TIK memiliki tiga tujuan utama: (1) untuk mengkaji perlunya pembaruan kerangka kefasihan TIK yang disajikan dalam studi tahun 1999; (2) untuk mengidentifikasi dan menganalisis upaya yang paling menjanjikan saat ini untuk menyediakan di sekolah menengah banyak kompetensi TIK yang dibutuhkan tidak hanya di tempat kerja tetapi juga dalam fungsi sehari-hari masyarakat sebagai warga negara; dan (3) mempertimbangkan informasi atau penelitian apa yang diperlukan untuk menginformasikan upaya membantu siswa sekolah menengah mengembangkan kefasihan TIK.
Keempat: Computer Literacy, adalah pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan komputer dan teknologi dengan baik dan efisien. Tidak hanya soal komputer saja, literasi komputer memiliki arti yang lebih luas, yaitu memahami teknologi lainnya yang berkaitan dengan komputer. Terkait literasi komputer ini, seseorang harus memiliki keterampilan mulai dari yang mendasar hingga yang tingkat lanjut. (Tobin, Catherine,1983). Literasi tersebut meliputi pemahaman mengenai konsep istilah dan operasi yang berkaitan dengan komputer secara generik. Literasi komputer juga dapat diartikan sebagai kenyamanan seseorang dalam menggunakan program dan aplikasi komputer.
Liliana (2021) menguraikan literasi ini menjadi tiga kategori, yaitu literasi perangkat keras, literasi perangkat lunak, dan literasi aplikasi. Sulianta (2020); menambahkan jika literasi itu juga mencakup (1) literasi perangkat, literasi sumber, literasi sosial-struktural. (2) Literasi penelitian, literasi penerbitan, literasi teknologi baru, dan literasi kritis. Literasi tersebut tidak hanya diajarkan untuk proses pengolah kata, angka, dan presentasi, tetapi juga untuk menghasilkan karya kreatif yang berbasis komputer dari proses desain hingga menghasilkan produk. (Fitrihana, 2016). Bagaimana seseorang itu dapat memahami bagaimana komputer bekerja dengan baik dan beroperasi hingga memperbaikinya bila ada kendala yang buruk.
Keterampilan ICT, literasi teknologi, literasi media, literasi informasi, e-literacy, keterampilan generik, keterampilan abad 21, multiliterasi, literasi baru, masyarakat informasi, masyarakat virtual, masyarakat maya, desa global, masyarakat informasi global, kesenjangan digital dan berbagai istilah lainnya.
Wallahu A’lam Bishowab.
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti PerguruanTinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengem-bangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri/Ketua Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Rumah Baca Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Provinsi Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2) https://www.google.com/search?+a.rusdiana+shopee & source (3) https://play.google.com/store/books/author?id.