Oleh KH. Lukman Hakim (Kang Lukman), Pengasuh Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin, Wakil Ketua PWNU Jawa Barat
KANG Fandi, sebutan familiar setiap saya menyapanya. Saya pertama kali mengenal beliau sekitar tahun 2003, saat ketemu di Jakarta. Di pertemuan pertama entah kok saya sangat tertarik dengan ide dan gagasan beliau yang segar dan simpel, terutama ide tentang enterpreneership (kewirausahaan) santri dan pengembangan mutu pendidikan pesantren.
Ide tentang enterpreneurship pesantren itu mulai diwujudkan dengan merintis Akademi Entrepreneur Al-Biruni di Babakan Ciwaringin Cirebon. Dari akademi ini, para santri dan masyarakat sekitar pesantren Babakan dibekali pendidikan kewirausahaan, agar sepulang dari pesantren bisa membangun kemandirian terutama bidang ekonomi.
Kehadiran akademi enterpreneur ini benar-benar baru bagi ukuran pesantren salaf seperti Babakan ini. Saya sendiri sempat bertanya alasan mengapa pilihannya akademi enterpreneur, bukan mendirikan pesantren atau sekolah yang bagus, misalnya? Apalagi saat itu beliau memiliki jabatan strategis di kementerian agama. Kang Fandi jawabnya simpel, dengan membuat analogi jika pesantren dan sekolah yang sudah ada itu bagaikan nasi dan lauk pauknya, maka akademi enterpreneur Al-Biruni ini kira-kira jadi kerupuk atau sambalnya. Analogi simpel ini mencerminkan sosok kerendahan hati kang Fandi yang tidak mau menonjolkan diri. Itulah Kang Fandi yang selalu menawarkan sisi lain untuk senantiasa melengkapi pesantren.
“Jika pesantren dan sekolah yang sudah ada itu bagaikan nasi dan lauk pauknya, maka akademi enterpreneur Al-Biruni ini kira-kira jadi kerupuk atau sambelnya”
Kang Affandi Mochtar
Dalam rangka ikhtiar mengembangkan keterampilan santri dan masyarakat, lagi-lagi Kang Fandi menawarkan kerupuk atau sambal dengan merintis lembaga kursus, mulai dari menjahit, komputer, bahasa Inggris, bahasa Arab, tata boga, tata busana dan perbengkelan. Yang menarik lagi, dari semua peserta kursus yang ada tidak dipungut biaya sepeser pun. Bahkan kadang sebagian malah diberi modal.
Kursusan inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya SMK Al-Biruni yang menyediakan Program Tata Boga dan Tata Busana. Sementara untuk program Tata Niaga dan Perbengkelan ada di SMK Pesantren Ciwaringin. Komitmen kang Fandi untuk mengembangkan nilai-nilai pesantren adalah hal prinsip termasuk di dua sekolah SMK tersebut. Citarasa pesantren di dalam sekolah sangat terasa, dengan adanya program pengajian kitab, salat Dhuha dan Zhuhur berjamaah, serta baca Al-Qur’an setiap hari.
Ada yang unik setiap kali bertemu atau berkomunikasi via telepon dengan Kang Fandi. Beliau selalu menanyakan kabar dan kondisi para kiai dan nyai Babakan. Bahkan, hampir seperti mengabsen, karena Kang Fandi menyebutkan satu persatu nama kiai dan nyai yang ada di Babakan Ciwaringin, bagaimana perkembangan pesantren dan sekolah, bagaimana MHS termasuk Ma’had Aly Alhikamus Salafiyah juga tak luput. Di sela-sela komunikasi itu Kang Fandi selalu menawarkan “kerupuk atau sambal” (baca: gagasan segar), terutama pengembangan pendidikan pesantren. Pemilik ide dan arsitek agar pesantren Babakan menjadi tuan rumah Pra Muktamar Nahdlatul Ulama pada tahun 2009 tidak lain adalah Kang Fandi.
“Nanti kita berikhtiar bagaimana ke depan Babakan bisa menjadi tuan rumah Muktamar Nahdlatul Ulama. Entah kapan cita-cita ini akan terwujud, agar Babakan bisa dihadiri dan diberkahi para ulama se-Indonesia,” kata Kang Fandi. “Ati bagus Allah Qobul.” Itulah petuah nasehat para sepuh Babakan yang menjadi sugesti, bahwa niatan Kang Fandi suatu saat akan benar-benar terwujud.
Kang Fandi, Panjenengan min alhil Jannah. Amiin.